Mengulas kembali tragedi konflik etnis Madura dan Dayak di Kalimantan Barat memang tak ada habisnya. Meskipun konflik tersebut telah mendapat titik cerah, rupanya tragedi yang tak terlupakan itu memang telah mencederai bangsa kita yang seharusnya harmonis dalam heterogenitas suatu negara.
Konflik yang banyak memakan korban ini tidaklah lain dipicu oleh egosentrisme, etnosentrisme di berbagai aspek, baik itu ekonomi, sosial, dan budaya dari kedua belah pihak yang bertikai yaitu suku Madura dan Suku Dayak.
Sifat suku Madura yang suka merantau membuat suku masyarakat Madura tertarik untuk mencoba menjamah kepulauan lain yang jauh tak terkecuali pulau Kalimantan khususnya Kalimantan Barat. Pulau Madura yang gersang dan padat menjadi faktor pendorong suku Madura untuk merantau dan mengadu nasib ke tanah orang lain. Perilaku merantau masyarakat Madura ini sudah ada sejak tahun 1902.
Selain faktor pendorong, terdapat pula faktor penarik yang menjadikan pulau Kalimantan menarik untuk didatangi oleh masyarakat Madura, yaitu tersedianya kapal pesiar yang dapat membawa imigran langsung ke Kalimantan. Selain itu juga pulau Kalimantan mempunyai banyak sekali kekayaan alam sedangkan penduduk Kalimantan itu sendiri masih tergolong sedikit, maka dari itulah untuk dapat mengolah kekayaan pulau Kalimantan tersebut pemerintah kolonial Belanda mengirimkan penduduk Madura untuk dijadikan budak dan buruh di sana untuk mengeksploitasi kekayaan alam di Kalimantan.
Sehingga tinggallah suku Madura di pulau Kalimantan dan menjadi penduduk lokal disana. Namun rupanya, para suku Madura tidak serta-merta diterima secara langsung oleh penduduk asli Kalbar yaitu suku Dayak. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, salah satu yang menjadi penyebab utamanya ialah etnosentrisme yang sangat tinggi antar kedua suku tersebut.
Sistem kekerabatan yang sangat erat dikalangkan masyarakat Madura menciptakan pola pemukiman penduduk yang terpisah dari penduduk lokal. Masyarakat Madura cenderung mengelompokkan dirinya dalam satu kompleks perumahan yang isinya hanyalah penduduk Madura saja. Sehingga masyarakat Madura tidak dapat membaur dengan suku Dayak, akibatnya proses asimilasi antar keduanya tidak terjadi sama sekali. Sehingga muncullah etnosentrisme dan saling mencurigai antar kedua suku tersebut.
Selain hal tersebut di atas, rupanya tingkat pendidikan dan pengetahuan antar keduanya yang rendah juga yang menjadi penyebab munculnya konflik-konflik sepele menjadi besar yang seharusnya tidak terjadi. Ditambah lagi sifat dan watak kedua suku tersebut yang tergolong keras dan garang, suku Madura yang logat bicaranya meledak-ledak dengan ekspresi yang garang sedikit menekan ternyata menyulut kesalahpahaman di antara keduanya. Selain suku Madura, rupanya suku Dayak juga demikian, tutur kata yang keras dan penekanan terhadap kata-katanya dianggap oleh orang Madura sebagai ekspresi yang menantang sehingga bertambahlah sudah kesalahpahaman di antara keduanya. Konflik antar individu berkembang menjadi konflik kelompok, dan konflik kelompok yang pada akhirnya berkembang menjadi perang antar suku.
Itulah yang menjadi penyebab terjadinya tragedi yang tak terlupakan bagi bangsa Indonesia yang banyak mengorbankan nyawa-nyawa manusia yang tak berdaya.
Memang konflik merupakan bagian dari realitas kehidupan manusia, sekeras apapun manusia berusaha menghindar dari konflik namun konflik merupakan barang mutlak yang harus dilalui manusia dalam menjalani hidup. Namun perlu ditegaskan pula bahwa tak selamanya konflik akan berakhir negatif dan selalu bermuatan negatif. Jika konflik tersebut dapat di manajemen dengan baik maka konflik akan mereda dan berakhir positif.
Becermin kepada konflik suku Madura dan suku Dayak, seharusnya konflik antar etnis ini tidak seharusnya terjadi jika ada pihak yang menjadi penengah di antara pihak yang berkonflik. Pemerintah Indonesia pada saat itu seharusnya menjadi penengah agar konflik kedua suku tersebut mereda, namun rupanya pemerintah tidak bertindak cepat, mungkin saja pemerintah sedang mengurusi maslah bangsa yang lebih penting dan genting, entahlah.
Dengan adanya konflik besar antar kedua suku ini seharusnya menjadi pelajaran bagi kita semua bangsa Indonesia agar tidak mengedepankan etnosentrisme budaya sendiri dan selalu menyalahkan budaya lain dengan selalu membanding-bandingkannya dengan budaya sendiri. Maka dari itulah sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang heterogen kita seharusnya mengedepankan toleransi antar suku dan saling menghormati antar suku bangsa agar terciptanya kehidupan harmonis yang mendukung stabilitas nasional.
________________________
Mungkin itu saja yang dapat saya ulas, semoga bermanfaat bagi anda.
Oleh : Wahyu Qadarillah
________________________
halo broo... salam
BalasHapusHalo, salam juga.
Hapusdamai selalu indonesia
BalasHapusASSALAMU ALAIKUM.WR.WB.. SAYA TERMASUK ORANG YANG GEMAR BERMAIN TOGEL,SETELAH SEKIAN LAMANYA SAYA BERMAIN TOGEL AKHIRNYA SAYA MENEMUKAN NOMOR SEORANG PERAMAL TOGEL YANG TERKENAL KEAHLIANNYA DI SELURUH DUNIA,NAMANYA
BalasHapusKIYAI_SUNAN DAN SAYA BENAR BENAR TIDAK PERCAYA DAN HAMPIR PINSANG KARNA KEMARIN ANGKA GHOIB YANG DIBERIKAN OLEH KIYAI 4D DI PUTARAN SGP YAITU 1918 TERNYATA BETUL-BETUL TEMBUS. SUDAH 2.KALI PUTARAN SAYA MENAN BERKAT BANTUAN KIYAI
PADAHAL,AWALNYA SAYA CUMA COBA COBA MENELPON DAN SAYA MEMBERITAHUKAN SEMUA KELUHAN SAYA KEPADA KIYAI_SUNAN DISITULAH ALHAMDULILLAH KIYAI_SUNAN TELAH MEMBERIKAN SAYA SOLUSI YANG SANGAT TEPAT DAN DIA MEMBERIKAN ANGKA YANG BEGITU TEPAT..,MULANYA SAYA RAGU TAPI DENGAN PENUH SEMANGAT ANGKA YANG DIBERIKAN KIYAI ITU SAYA PASANG DAN SYUKUR ALHAMDULILLAH BERHASIL SAYA JACKPOT DAPAT 500.JUTA,DAN BETAPA BAHAGIANYA SAYA BERSUJUD-SUJUD SAMBIL BERKATA ALLAHU AKBAR…..ALLAHU AKBAR….ALLAHU AKBAR….SEKALI LAGI MAKASIH BANYAK YAA KIYAI,SAYA TIDAK AKAN LUPA BANTUAN DAN BUDI BAIK KIYAI, BAGI ANDA SAUDARAH-SAUDARAH YANG INGIN MERUBAH NASIB SEPERTI SAYA TERUTAMA YANG PUNYA HUTANG SUDAH LAMA BELUM TERLUNASI SILAHKAN HUBUNGI KIYAI_SUNAN DI NOMOR HP: 082_349_535_132