Jumat, 07 Februari 2014

PERAN MEDIA SOSIAL TELEVISI KIAN BURUK



Anda pernah dengan istilah social change? (perubahan sosial). Jika anda belum pernah mendengarnya, maka perlu saya jelaskan bahwa perubahan sosial ialah perubahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, yang mana perubahan tersebut berdampak kepada system sosial, hubungan sosial, dan lain sebagainya. Pengertian ini bukan bersumber dari buku manapun, namun ini ringkasan dari saya setelah membaca buku.


Perubahan sosial bisa saja terjadi pada system agama. Anggap saja pada tahun 90an masyarakat masih sangat patuh dan menjadikan agama sebagai pedoman hidup, namun yang terjadi pada tahun 2014 ini ialah kemunduran agama. Masyarakat sudah tidak lagi berpegang teguh kepada norma agama, hal tersebut dapat dilihat dari kasus pelecehan seksual yang marak terjadi, perjudian, narkoba, miras, kekacauan, dll merupakan indikator bahwa norma agama sudah berubah. Perubahan ini pada akhirnya mempengaruhi system sosial lainnya, misalkan dalam agama Islam ibadah shalat jamaah berfungsi sebagai penyambung silaturahmi, namun yang terjadi saat ini ialah masyarakat telah mengalami banyak perpecahan, bahkan sesama penganut agama Islam, Kristen, atau agama lainnya. Fenomena ini bisa kita artikan sebagai perubahan sosial.

Jika kita melihat secara general, banyak sekali perubahan sosial yang terjadi mulai dari tahun 80an hingga tahun 2000an ini. Katakanlah masyarakat tahun 80an masih terlihat seolah-olah agamis, setelah tahun 90an muncul istilah bom sex (film Indonesia yang banyak menampilkan adegan porno), hingga tahun 2000 banyak sekali peredaran informasi dan kemajuan teknologi di seluruh dunia. Manusia tak perlu lagi berjalan kaki, tak perlu lagi mengirim surat. Semua serba mudah.

Lantas, siapakah yang berperan aktif dalam perubahan sosial saat ini? Yaitu informasi. Lalu lembaga apa yang menciptakan informasi? Banyak sekali, surat kabar, radio, televisi, dll. Apakah lembaga tersebut memberikan pengaruh terhadap perubahan sosial? Ya, sangat berpengaruh.

Tugas dari lembaga tersebut ialah memberikan informasi yang baik, jujur, berguna, dan bermanfaat. Katakanlah televisi. Lihatlah konten televisi saat ini, hampir semua tayangan tidak memberikan manfaat, sebaliknya mereka malah memberikan efek negative kepada masyarakat. Katakanlah iklan sabun, apa yang ditampilkan? Ya, wanita sedang mandi, memamerkan bagian tubuh belakang, paha, bagian atas dada, perut, dan lain-lainnya. Apa efeknya kepada yang menonton terutama lelaki? Atau bahkan anak kecil? Anda bayangkan sendiri.

Acara televisi sekarang apa saja yang bermanfaat? Y** K**p Smile? Yang isinya hanya menampilkan goyangan yang tak jelas manfaatnya. Acara lawakan yang tak baik isi lawakannya. Serta berita gossip yang manfaatnya buat kita tak ada. Apakah acara sinetron yang mengatasnamakan diriya bernuansa islami? Benarkah islami? Apakah actor dan aktris yang memainkan sebagai suami isteri sah untuk melakukan acting pegangan tangan? Lebih banyak manakah adegan antara tokoh protagonist dengan yang antagonis? Pastilah lebih banyak yang antagonis. Tak sadarkah anda bahwa sinetron yang bernuansa islami tersebut terlalu menampakkan keburukan orang, sedangkan tingkah laku kebaikannya tak berkesan dan tak memberikan pelajaran yang meresap sekaligus kepada penontonnya. Jika anda masih tak percaya, maka pikirkanlah perkataan saya berikut ini. Jika memang sinetron islami memberikan efek yang positif, lantas mengapa orang-orang dengan watak buruk yang menonton sinteron tersebut tidak segera sadar dan bertobat? Lantas mengapa kerusuhan serta perpecahan sering terjadi di tengah-tengah kita? Ini menandakan bahwa efek dari sinetron adalah NOL BESAR.

Seharusnya televisi memberikan efek positif bagi masyarakat. Namun kenyataannya televisi hanya memiliki kepentingan bisnis semata. Televisi hanya berfikir untuk mencapai keuntungan tertinggi, rating yang tinggi, namun mereka mengesampingkan manfaat dari tayangannya.

Seharusnya televisi menjadi guru dan petunjuk bagi masyarakat agar berkembang. Bukannya membodohi masyarakat dengan acara yang tidak mendidik dan cenderung hanya having fun. Alangkah bijaksananya jika acara televisi berisi konten yang bermanfaat namun juga menghibur.

Sangat wajar jika Negara Saudi Arabia sangat melarang masyarakatnya menonton televisi. Bahkan acaranya pun sangat minim sekali. Pemerintah Saudi Arabia sangat memperhatikan dampak buruk dari tayangan televisi, maka dari itulah pemerintah melarangnya.

Bagaimana media sosial televisi seharusnya? Media sosial televisi seharusnya menjadi bagian dalam perubahan sosial kea rah yang positif. Jika saja para penyedia tayangan televisi tidak memikirkan keuntungan saja, namun juga mempertimbangkan sisi edukasi, maka disfungsi peran televisi tidak akan terjadi.

Jika yang terjadi di masyarakat ialah kekhawatiran, maka peran televisi seharusnya ialah menenangkan kekhawatiran public. Jika yang terjadi di tengah masyarakat perpecahan, maka yang televisi lakukan ialah menghimbau agar bersatu. Tak seperti saat ini, televisi hanya menjadi ajang memanas-manasi, menyebarkan rasa takut, ketidakpercayaan, dan merangsang rasa buruk sangka.

Maka bijaksanalah dengan konten dan acara yang anda tonton. Bukannya mendapatkan manfaat, tapi malah kita yang dimanfaatkan oleh televisi.

______________________________________________

Oleh : Wahyu Qadarillah

______________________________________________   


0 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik. Bagi komentator anonim harap memberikan nama/nickname sebelum isi komentar. Terima kasih :)