Jumat, 11 Mei 2012

Bahaya, Dampak Positif dan Negatif Televisi, Kiblat Masyarakat Modern

Dampak Televisi
           Siapa yang bisa menyangka bahwa manusia bisa berlari dalam kotak kecil berukuran 14 inchi?, siapa yang bisa menyangka kotak kecil ini dapat mencuri hampir setiap waktu anda?, siapa yang menyangka kalau ketiadaannya dunia seakan hambar?.
Dahulu, televisi merupakan barang langka bagi masyarakat. Televisi hanya dimiliki oleh mereka yang termasuk dalam golongan ekonomi atas. Sehingga untuk dapat menikmati tontonan televisi para warga harus berkumpul dalam satu tempat untuk berdesak-desakan menikmati acara tayangan televisi yang dahulu masih hitam-putih. Namun seiring berkembangnya zaman, televisi telah menjadi kebutuhan manusia di era modern. Tak akan dibilang lengkap sebuah rumah jika didalamnya tidak ada televisi yang menjadi tontonan rutin setiap hari.
Rupanya televisi bukan barang mewah lagi. Saat ini televisi dapat kita jumpai mulai dari gubu-gubuk kecil warga miskin hingga rumah seorang yang kaya sekalipun. Harganya-pun bak kancang goreng, semakin murah si kacang goreng maka semakin pahit – cepat rusak.
Saat Indonesia masih menjadi bangsa terjajah, kehadiran televisi sangatlah ditunggu, apalagi jika tayangan televisi menampilkan sang proklamator berpidato, menghipnotis semangat nasionalisme seluruh bangsa Indonesia, begitu hebatnya media ini hingga kemerdakaan-pun tersiar berkat televisi – meskipun yang paling berjasa ialah radio.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW1sJ2aTv1Jc2fsNrH8l-RCq8czuKHeQgBkIQdVtnqyO2TTXRI991jVDG_odAEgJM_-ipvJe85SaFUEu7Pm1PyROMgQ5QeKOt2d18AaxawiVDhvzU3Yo5PeGXjJXlBNzPFiZmAIRnubvs/s1600/televisi.jpg
Daya hipnotis televisi rupanya tetap hidup hingga jaman serba mudah ini, hanya saja objek hipnotisnya yang berbeda. Dahulu daya hipnotis televisi selalu mengena pada semangat juang, namun saat ini daya hipnotis televisi selalu mengarah pada isi perut dan gaya hidup. Namun tetap saja dari dulu hingga sekarang televisi masih eksis pada identitasnya yaitu penghantar informasi – disamping yang benar ataupun yang salah.
Dari segi informasi, televisi banyak sekali memberikan sumbangsih yang sangat besar. Jika tak ada televisi, kita tak akan dapat mengetahui informasi cuaca, olah raga, ekonomi, politik, menu makanan baru dan lain sebagainya. Jika tak ada televisi, kita tak akan dapat terhibur oleh film-film dan sinetron yang nelangsa. Jika tak ada televisi, kita tak akan dapat mengenal produk-produk terbaru. Dalam kasus ini sepertinya tak akan ada hari jika tak menonton televisi.
Dari sekian banyaknya sisi positif televisi, rupanya televisi juga memberikan dampak buruk bagi pemirsa yang menontonnya. Baik dari sisi muatan informasinya hingga dampak psikologis yang diterima oleh kita sebagai pemirsa setia televisi. Sadarkah kita apa yang menjadi penyebab orang tua selalu memarahi anaknya yang setiap hari hanya terduduk pasif di depan televisi. Sadarkah kita bahwa informasi berita yang kita dengarkan tak selalu berdasarkan kebenaran. Sadarkah kita bahwa kita terhiponotis oleh glamournya barang-barang baru yang sebenarnya tidak kita butuhkan namun kita tetap saja membelinya. Sadarkah kita bahwa sebenarnya kita telah dikendalikan oleh sekelompok orang yang hanya bertujuan memperoleh keuntungan atas diri kita sendiri. Data memang tak ada, namun fakta telah anda rasakan.
            Jika dilihat dari tujuan penciptaan televisi, memang benda elektronik ini diciptakan dengan maksud agar informasi dapat tersampaikan kepada masyarakat luas. Namun rupanya dalam penggunaannya televisi telah melampaui batas esensi dari tujuan televisi sendiri. Televisi dewasa ini telah berevolusi menjadi kepanjangan tangan dari pihak-pihak yang bermaksud mengendalikan gerak masyarakat. Dengan hanya menyuguhkan gambar-gambar serta lagu dan kata-kata yang indah, masyarakat telah dapat digerakkan dan dimobilisir dengan mudahnya. Contoh kecilnya saat era orde baru, saat itu televisi di seluruh channel mewajibkan untuk memutar film dokumenter yang berisi pesan bahwa betapa berjasanya Presiden Soeharto dalam membangun RI. Sehingga rakyat yang secara kontinyu diberikan pesan-pesan repetitif (berulag-ulang) pada akhirnya mencintai Presiden Soeharto dan menganggap beliau sebagai bapak pembangunan. Selang beberapa tahun kemudian, terutama pada saat meletusnya reformasi, penialaian positif terhadap Presiden Soeharto berubah drastis menjadi sebuah pembangkanngan, hal ini tidaklah lain diakibatkan oleh media informasi televisi yang membeberkan sisi negatif kepemimpinan beliau yang disinyalir penuh dengan praktik KKN. Disinilah sisi berbahaya sebuah televisi, karena televisi dengan mudahnya menciptakan opini publik yang kebanyakan tidak matang – meskipun ada beberapa opini yang matang.
            Selain efek samping tersebut diatas, televisi secara tidak kita sadari telah membuat kita menjadi lebih pasif dalam keseharian. Bayangkan saja, setiap hari kita hanya duduk pasrah dan pasif menikmati acara televisi. Tentunya hal ini akan menghambat perkembangan kita – bayangkan saja bagaimana jadinya punggung kita jika setiap hari kita duduk saja. Anda yang sangat menyukai film fiksi akan terus menerus dijejal oleh bayangan dan impian-impian kosong. Bagi yang sangat menyukai Superman akan terus-menerus beranda-andai dirinya menjadi Superman, dan bagaimana akibatnya kepada diri kita jika setiap hari pekerjaan kita hanya melamunkan hal-hal yang tidak nyata, tentunya hal tersebut akan membuat kita tidak produktif. Bermimpin memang awal dari cita-cita, namun jika kita hanya bermimpi kapankah kita dapat bangun dari mimpi ?.
Efek negatif lainnya ialah propaganda kapitalis yang menyiarkan iklan-iklan produk yang menggiurkan sehingga masyarakat terdorong untuk membeli barang-baranng yang sebenarnnya tidak mereka butuhkan. Saat ini anda menginginkan sepeda motor baru dengan mesin yang tangguh. Keesokan harinya muncul iklan sepeda motor yang menawarkan mesin yang lebih baru lagi, akankah anda membeli semua produk itu ?. mungkin bagi kita yang berekonomi pas-pasan tidak akan, bagaimana yang berlebih ?.
            Selain sisi informasinya, televisi juga berdampak buruk bagi moral masyarakat, terutama bagi anak-anak. Seperti yang telah diketahui bahwa sangat sulit sekali mencari acara televisi yang mendidik dan bermanfaat bagi moral. Kebanyak tayangan televisi mewajibkan para artisnya memakai pakaian mini, padahal hal tersebut sangat memberikan dampak negatif bagi perkembangan psikologi masyarakat terutama anak-anak. Iklan-iklan sabun yang menampilkan sang artis berendam di air tak jarang membuat banyaknya kasus asusila yang terjadi, baik yang menimpa orang dewasa maupun anak-anak, karena hal tersebut sangat mempegaruhi perilaku seksual seseorang. Sungguh kekuatan sebuah gambar dan musikal dapat menjadikan kiblat kita dalam bertindak.
            Jika masih ragu dengan kekuatan televisi, bagaimana kita bisa menjelaskan fenomena masyarakat yang rela begadang dan tidak masuk kerja demi menunggu tontonan sepak bola yang hanya berdurasi 2 jam ?. bagaimana kita bisa menjelaskan betapa dewasanya anak-anak kecil saat ini yang dengan mudahnya melantunkan lagu-lagu romantis yang hanya orang dewasa saja yang mengerti?.
            Maka dari itulah, sebagai penikmat televisi adalah kewajiban kita untuk selalu behati-hati dalam menangkap dan mencerna pesan-pesan yang secara laten menjerumuskan kita. Adalah kewajiban kita untuk memfilter tayangan televisi dan bersedia mematikan tayangan  televisi yang tak mendidik agar kita tidak terjerumus kedalam pesan-pesan negatif yang sengaja atau tanpa sengaja dilancarkan oleh kelompok –kelompok kepentingan tertentu.
1 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda

1 komentar:

Silahkan berkomentar dengan baik. Bagi komentator anonim harap memberikan nama/nickname sebelum isi komentar. Terima kasih :)